CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, August 13, 2010

~ Agar Puasa Lebih Bermakna 2/2 ~


3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Puasa Ramadhan
Syaikh Abdullah bin Jarillah menyebutkan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan oleh orang yang berpuasa. Di sini kami nukil secara ringkas, dengan disertai sedikit tambahan dan takhrij ringkas beberapa haditsnya.

■Mengenal hukum-hukum puasa
Banyak kaum Muslimin yang memasuki bulan puasa ini tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tak begitu merasa perlu untuk belajar. Padahal Allah ta berfirman:
“Bertanyalah kepada para ulama, kalau kamu sekalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)

■Menyambut puasa dengan hura-hura, bukan dengan banyak berdzikir, beristigfar dan mensyukuri nikmat Allah. Klimaksnya, bulan yang penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka untuk semakin bertakwa; tapi sebaliknya, semakin terbuai seribu satu kemaksiatan.

■Sebagian kaum Muslimin, memasuki bulan Ramadhan dengan gambaran lahir seperti orang-orang yang bertaubat. Mereka shalat, berpuasa dan meninggalkan banyak kemaksiatan yang biasa dilakukan.

Namun seusai bulan puasa, mereka kembali menjadi pecinta kemaksiatan. Seolah-olah, mereka hanya mengenal Allah di bulan nan suci ini. Atau mungkin mereka hanya memandang ibadah di bulan ini sebagai satu tradisi. Nabi bersabda:

“Barangsiapa yang beribadah hanya untuk didengar orang, maka Allah pun akan memberi ganjaran dengan sekedar (ibadah itu) didengar orang. Barangsiapa yang beribadah untuk sekedar dilihat orang, demikian juga Allah akan memberinya ganjaran.” 12

■Ada juga sebagian kaum Muslimin yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan ini cocok dijadikan waktu untuk beristirahat, tidur-tiduran dan bermalas-malasan di siang hari, lalu begadang di malam hari. Bahkan seringkali, begadang malam itu dibumbui dengan hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah. Dengan permainan, mengobrol kesana kemari, berghibah, bahkan -kadang terjadi- berjudi, wal ‘iyadzu billah

■Selain itu, ada juga kaum Muslimin yang menyambut bulan ini dengan dingin dan tak bergairah. Kalau sudah berlalu, ia akan kegirangan. Mereka beribadah dan berpuasa, semata-mata mengikuti kebiasaan manusia di sekitarnya. Alangkah miripnya mereka dengan keadaan orang-orang munak yang memang senang bermalas-malasan dalam ibadah. Allah as berrman:
“Sesungguhnya orang-orang munak itu (berusaha) menipu Allah, tetapi Allah-lah yang akhirnya menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat mereka berdiri dengan malas….” (An-Nisa: 142)

Rasulullah juga bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

■Banyak di antara mereka yang begadang malam untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, sampai-sampai meninggalkan subuh berjama’ah. Padahal Rasulullah bersabda:
“Tidak dibolehkah begadang itu melainkan bagi orang yang shalat (malam), atau musar.” 13

■Sebagian di antara mereka menghindari diri dari berbagai pembatal puasa; seperti makan, minum, berjima’ dan lain-lain. Tetapi mereka tak berusaha menghindari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa; seperti bebas melihat aurat wanita di jalan-jalan (bahkan terkadang menjadi kebiasaan sehabis shubuh dan menjelang berbuka), atau di majalah-majalah, berghibah, mencaci-maki orang dan lain sebagainya.

■Suka berdusta Ada sebagian kaum Muslimin yang menganggap ringan berkata dusta, termasuk di bulan suci Ramadhan, di kala berpuasa. Padahal Rasulullah pernah bersabda:
“Barangsiapa yang tidak juga meninggalkan berkata-kata dusta dan masih juga melakukannya (di kala berpuasa), maka Allah tak sedikitpun sudi menerima ibadah puasanya, meski ia meninggalkan makan dan minum.” 14

■Satu hal yang aneh, namun benar-benar sering terjadi; seseorang berpuasa, tapi tidak shalat. Atau terkadang ada yang rajin shalat, tapi selalu beralasan tidak kuat berpuasa. Padahal sungguh tidak ada manfaat orang itu berpuasa kalau dia tidak shalat. Karena shalat adalah pilar dien/agama Islam.

■Ada juga sebagian kaum elit di kalangam Muslimin yang sengaja bersafar terkadang keluar negeri agar mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Padahal Allah Maha Mengetahui apa yang terbetik dalam hati hamba-Nya.

■Sebagian kaum Muslimin, ada yang berbuka puasa dengan mengkonsumsi sesuatu yang haram. Terkadang minuman keras, rokok (itu banyak terjadi), serta makanan dan minuman yang didapat dan usaha yang haram.

Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa hal lain yang layak diperhatikan. Dan juga masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan sebagian kaum Muslimin dalam melakukan ibadah puasa.

Terkadang, bahkan merusak bingkai kerja dari puasa itu sendiri; yaitu menahan diri dan makan dan minum. Bentuknya? Dengan mengumbar nafsu makan dan minum tatkala berbuka puasa. Ibnu Taimiyyah mengungkapkan penafsiran yang bagus tentang hadits nabi :
“Sesungguhnya setan itu mengalir dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah.” 15

Beliau berkata:
“Orang yang puasa dilarang makan dan minum karena keduanya adalah sebab tubuh itu menjadi kuat. Dan makanan dan minum itulah yang dapat menghasilkan banyak darah, tempat di mina setan ikut berjalan mengaliri tubuh manusia. Sesungguhnya darah yang di telusupi setan itu memang berasal dan makanan dan minuman, bukan dan suntikanatau faktor keturunan.” 16

4 Manfaat-Manfaat Ibadah Puasa
Syaikh Ali Hasan dalam “kitabu Ash-Shiyam” menuturkan beberapa faedah puasa berdasarkan keterangan dari beberapa hadits. Akan kami sebutkan di sini dengan ringkas:

4.1 Puasa itu adalah perisai
Bagi mereka yang masih diamuk jiwa muda dan syahwat membara, namun masih belum terbuka pintu menuju pelaminan; disyari’atkan baginya untuk mengekang keinginan syahwatnya itu dengan berpuasa. Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Wahai pemuda-pemudi, barangsiapa di antara kamu yang sudah memiliki kemampuan seksualitas, hendaknya ia menikah. Karena menikah itu lebih dapat memelihara pandangan dan kemaluan. Kalau ia belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Sesungguhnya puasa itu adalah obat penawar gejolak syahwat.”

Lebih khusus lagi Rasulullah juga bersabda yang artinya:

“Puasa itu ibarat perisai, ia akan menamengi seorang samba dari siksa neraka.” 17

Nah khusus di bulan Ramadhan, sebulan penuh seorang Muslim akan diasah jiwanya dengan puasa sehingga bisa terbentengi dari sergapan setan yang selalu memperalat hawa nafsu untuk menjungkirkan seorang hamba ke jurang neraka. Tentu saja hal itu utama bagi mereka yang berkeinginan dengan puasanya untuk mencapai ketakwaan kepada Allah.

4.2 Puasa adalah jalan menuju Jannah
Dari Umamah berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah aku satu amalan yang akan menggiringku menuju Jannah.” Beliau bersabda: “Lakukan puasa, tak ada amalan yang setara dengannya.” 18

4.3 Puasa dapat menjadi perantara turunnya syafa’at
Rasulullah bersabda, yang artinya:

“Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafat kepada seorang hamba di hari kiamat nanti. Sang puasa berkata: “Ya Allah, aku telah menghalanginya makan dan mengumbar nafsu, jadikanlah aku perantara untuk menyampaikan syafa’at-Mu kepadanya. 19

4.4 Dua saat kebahagiaan bagi orang yang berpuasa
Nabi bersabda:
“Orang yang berpuasa memiliki dua saat-saat penuh kebahagiaan: kala ia berbuka, dan, di saat ia menjumpai Rabb-nya (selepas hidup di dunia). 20

4.5 Pintu Rayyan di Jannah (surga), bagi kaum yang berpuasa
Dari Sahal bin Sa’ad, dari Nabi bahwasanya beliau bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya di Jannah kelak, ada pintu yang bernama Rayyan. Dari situlah kaum yang berpuasa akan masuk Jannah di hari kiamat. Tak seorangpun kecuali mereka yang akan memasukinya. Bila orang terakhir di antara mereka telah masuk, pintu segera ditutup; dan barangsiapa (di antara yang masuk) meminum sedikit airnya, niscaya ia tak akan dahaga selamanya.” 21

Allah-lah Pencipta segala kebahagiaan, kepada-Nyalah’ kembali akhir kehidupan. Selayaknya kita menyambut bulan yang penuh berkah dengan penuh gairah dan kegembiraan. Di sanalah, dan dari sanalah kita akan beranjak dengan taufik Sang Maha Rahman menuju Jannah-Nya yang penuh kebahagiaan.
---------------
12 Dengan lafadz ini dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Ibnu Abbas (2986). Juga dari hadits Jundub dengan lafadz yang berbeda (6123). Al-Bukhari juga meriwayatkannya dalam kitab: Ar-Raqaiq (6134).

13Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3421, 4023) dan Imam Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir, dan beliau mengisyaratkannya sebagai hadits hasan.

14 HR. AI-Bukhari kitab: Ash-Shaum 1770, 5597 dengan lafadz: Barangsiapa yang belum meninggalkan perkataan dusta, mengerjakannya dan masa bodoh dengannya…

15 Diriwayatkan oleh Ahmad (12132, 13631), Al-Bukhari kitab A1-I’tikaf (1897), kitab: Bad’ul kholq (3039) dan kitab; Al-Adab (6761) dan Muslim kitab: As-Salam (4040) dari hadits Anas bin Malik dan Shayyah binti Huyay, juga oleh Abu Dawud kitab: Al-Adab (4243), At-Tirmidzi kitab: Ar-Radha’ (1092) Ibnu Majah kitab: Ash-Shiyam (1769) dan ini lafadznya.

16 Lihat Haqiqatu ash-shiyam – oleh Ibnu Taimiyyah.

17 Diriwayatkan oleh Ahmad 111/241.

18 Diriwayatkan oleh Nasa’i (1V/165), Ibnu Hibban (hal. 232 – Mauridu Adz-Dzam’an) dan Al- Hakim (1/421).

19 Diriwayatkan oleh Ahmad: 6626, Al-Hakim: U 54 dan lain-lain dari hadits Abdullah bin Amru.

20 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Ash-Shaum.

21 Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (4/95), Muslim (1152). Sedikit tambahan dibagian akhir hadits berasal dari Shahih Khuzaimah (1903).

Penulis : Ustadz Abu Umar Basyir
http://abuumar.com/

0 comments: