CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Thursday, April 15, 2010

~ Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan 2/2 ~


5. Tetap Duduk di Dalam Masjid Hingga Terbit Matahari
Apabila Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam selesai menunaikan shalat Subuh, beliau selalu duduk di tempat shalatnya hingga terbit matahari. (HR. Muslim) Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik dari Rasulullah, bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa shalat fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir mengingat Allah, hingga terbit matahari lalu shalat dua rakaat (Dhuha), maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna.” (Dinyatakan shahih oleh Al-Albani)
Hal ini berlaku pada setiap hari, maka bagaimana pula bila dilakukan pada bulan Ramadhan?

Wahai saudaraku, semoga Allah menjaga engkau, berusahalah mendapatkan pahala yang agung ini. Dengan tidur malam yang cukup dan meneladani orang-orang shalih. Senantiasa bersungguh-sungguh dalam mencari keridhaan Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan selalu bertekad untuk mencapai derajat yang tinggi di dalam Surga.

6. I’tikaf
Rasulullah biasa beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadhan. Pada tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Al-Bukhari).

I’tikaf adalah sebuah ibadah yang terkumpul pada-nya berbagai jenis ibadah lainnya. Berupa tilawah Al-Qur’an, shalat, dzikir, doa dan lain-lain.

Orang yang belum pernah i’tikaf, menggambar-kannya sebagai sebuah ibadah yang berat dan sulit. Padahal i’tikaf sangatlah mudah bagi orang yang Allah beri kemudahan. Yaitu bagi orang yang mempersenjatai dirinya dengan niat ikhlas dan tekad yang sungguh-sungguh. Allah pasti akan menolongnya.

I’tikaf sangat dianjurkan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan sekaligus untuk meraih malam Lailatul Qadar. I’tikaf adalah mengurung diri dan mengikatnya untuk berbuat taat dan selalu mengingat Allah. Ia memutuskan hubungan dengan segala kesi-bukan-kesibukannya. Ia mengurung hatinya dan jasma-ninya untuk Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak ada terbetik dalam hatinya sesuatu keinginan pun selain Allah dan yang mendatangkan ridha-Nya. Disebabkan banyaknya umat Islam yang jahil tentang hukum-hukum i’tikaf, maka saya ingin menjelaskan beberapa maklumat sederhana tentang i’tikaf.

7. Umrah di Bulan Ramadhan

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Pahala umrah di bulan Ramadhan sama seperti ibadah haji.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain berbunyi: “sama seperti menunaikan haji bersamaku”

Wahai saudaraku, berbahagialah Anda dengan pahala seperti menunaikan haji bersama Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam

8. Mencari Malam Lailatul Qadr
Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah ka-mu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr:1-3)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang bangun di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan keikhlasan, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam senantiasa mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh terakhir dengan harapan mendapat malam Lailatul Qadr. Dalam Musnad Ahmad dari ‘Ubadah, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk mendapat malam Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”

Imam An-Nasai juga meriwayatkan seperti itu. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanadnya sesuai dengan syarat shahih.”

Telah dinukil dari beberapa kaum salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in bahwa mereka mandi dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadr, malam yang telah dimuliakan dan diangkat derajatnya oleh Allah.

Wahai orang yang telah menyia-nyiakan umurnya, kejarlah segala yang terluput atas dirimu pada malam Lailatul Qadr ini. Sebab malam inilah sebagai pengganti umur, beramal pada malam ini lebih baik dari pada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan pada malam itu, niscaya merugi. Malam itu datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjil, dan lebih diharapkan lagi pada malam kedua puluh tujuh. Berdasarkan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu bahwa ia berkata: “Demi Allah, sungguh aku mengetahui datangnya malam itu. Yaitu pada malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh.”

Sampai-sampai Ubay bersumpah untuk hal itu, beliau berkata: “Aku dapat mengenalnya melalui tanda-tanda dan alamat yang diberitakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam kepada kami. Yaitu matahari terbit tanpa cahaya yang menyi-laukan pada pagi harinya.”

Dalam kitab Shahih diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallaahu anha bahwa ia berkata:“Ya Rasulullah,Apa yang aku baca bila bertepatan dengan malam itu?” Rasulullah bersabda:
“Bacalah: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan menyukai orang yang memohon ampunan maka ampunilah aku.”

9. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar
Wahai saudaraku, siang dan malam pada bulan Ramadhan adalah hari-hari yang penuh keutamaan, raihlah keutamaan itu dengan memperbanyak dzikir dan doa, terutama pada waktu-waktu mustajab, di antaranya:

1. Saat berbuka. Ada sebuah doa yang tidak tertolak bagi orang yang berpuasa saat berbuka.
2. Sepertiga malam terakhir. Yaitu ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala un ke langit dunia seraya berkata: “Siapa saja yang meminta kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Siapa saja yang memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni.”
3. Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah Ta’ala berfirman, artinya “Dan pada waktu sahur mereka memohon ampunan.”
4. Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at. Yaitu di saat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.

Sebelum Berpisah Wahai Saudaraku
Setelah kita bertamasya di taman-taman Surga, di bawah naungan amal-amal shalih. Ada suatu perkara penting yang ingin saya sampaikan. Tahukah kamu apa itu? Tepat sekali, yaitu ikhlas!. Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga!? Berapa banyak orang yang mengerjakan shalat tarawih, namun tidak mendapatkan apa pun selain ngantuk dan capek!? Semoga Allah menghindarkan kita dari hal itu!

Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam at menegaskan masalah ikhlas ini, melalui sabda beliau: “....karena keimanan dan keikhlasan...”

Kaum salaf sangat berusaha untuk menyembunyikan amal ibadah mereka, karena khawatir akan membahayakan diri sendiri. Hammad bin Zaid menceritakan kepada kita tentang seorang tabi’i yang mulia bernama Ayyub As-Sikhtiyani sebagai berikut: “Pada saat menyampaikan hadits kadangkala hati beliau luluh, beliau segera memalingkan wajah dan berdehem seraya berkata: “Betapa berat pilek yang kuderita!” Seolah-olah beliau sedang pilek padahal beliau hendak menyembunyikan tangisnya.”

Muhammad bin Wasi’ berkata: “Aku telah berjumpa dengan kaum salaf, di antara mereka ada yang tidur satu bantal dengan istri. Si istri tidak mengetahui air mata yang mengucur deras dari si suami hingga membasahi bantal. Aku juga bertemu dengan sebagian mereka yang menangis bercucuran air mata ketika berada dalam shaf shalat, namun hal itu tidak diketahui oleh orang yang berada di sampingnya.”

Ayyub As-Sikhtiyani selalu mengerjakan shalat malam dan beliau menyembunyikan amal tersebut hingga pada waktu subuh beliau mengangkat suara seolah-olah beliau baru bangun ketika itu.

Ibnu Abi ‘Adi berkata: “Dawud bin Abi Hind senantiasa berpuasa selama empat puluh tahun, namun hal itu tidak diketahui oleh keluarganya. Pasalnya beliau adalah seorang penjahit, beliau selalu membawa bekal makan siang. Dalam perjalanan, beliau menyedekahkan makanan itu. Hingga beliau kembali pada sore hari dan berbuka bersama keluarganya.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata: Telah disampaikan kepadaku dari kaum salaf bahwa seorang hamba senantiasa beramal secara tersembunyi (tidak diketahui orang banyak), namun setan senantiasa membujuk rayunya hingga ia mengamalkannya terang-terangan (ia tampakkan pada orang banyak). Demikianlah setan terus menggodanya hingga ia senang amalnya dipuji orang. Akhirnya ia terbiasa beramal karena riya’.”

10. Tidak Berbuat Hal Yang Sia-Sia Pada Bulan Ramadhan
Wahai saudaraku, barangkali pembicaraan kita sudah terlalu panjang. Saya banyak mengambil waktumu padahal saya menganjurkan akan engkau benar-benar memanfaatkan waktu. Namun apakah engkau sudi bila kita semua berada dalam sebuah realita yang sangat berbahaya khususnya pada bulan Ramadhan? Yaitu penyia-nyiaan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna dan menghabiskannya di luar ibadah. Sungguh hal itu suatu kelalaian dan sikap berpaling dari rahmat dan keluasan ilahi. Allah Ta’ala berfirman, artinya “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta".

Berkatalah ia:"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat" Allah berfirman: "Demikian-lah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu(pula) pada hari ini pun kamu dilupakan". Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabbnya. Dan sesung-guhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. (Thaha: 124-127)

Betapa perihnya jiwamu dan betapa tercabik-cabiknya hatimu melihat banyak pemuda muslim yang terbuai dengan berbagai macam permainan dan nongkrong di pinggir-pinggir jalan pada malam hari bulan Ramadhan yang penuh keutamaan?!

Betapa banyak larangan-larangan Allah dan perbuatan durhaka lainnya yang dilakukan terang-terangan pada malam hari bulan Ramadhan yang pernuh berkah?

Sungguh seorang muslim akan merasa pilu meli-hat masa muda pemuda Islam terbuang percuma untuk perkara-perkara di luar ketaatan.

Namun, janganlah terlalu bersedih! Sesungguhnya jalan menuju kebahagian bagimu dan bagi saudaramu adalah dakwah dan doa!

Benar! Mengajak pemuda-pemuda Islam yang terlena serta membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Dan mendoakan mereka dalam kesendirian, mudah-mudahan Allah mengabulkan doa kita hingga kita termasuk orang yang beruntung dan tidak merugi selamanya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala pertemukan kita kembali (dalam sebaik-baik keadaan).

Disadur dan diringkas dari buku "Kaefa Na'isyu Ramadhan" edisi bahasa Indonesia "Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan", oleh Abdullah ash-Shalih.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatdurus22&id=4

0 comments: